Assalamu'alaikum
wbt.
Bila
disebutkan saja perkataan ini, sudah pasti biasa didengari semua, apakah
gambaran pertama yang terlintas di minda kalian? Ketika berhadapan dengan
orang yang dikatakan Tawadhu’, apakah yang kalian rasakan? Kagum, hormat,
terpana atau apa? Atau mungkin terlintas sahaja bisikan-bisikan seperti
“Poyo ar mamat ni.”
“Adoi, lembik betul orang macam ni.”
“Weh, hati-hati jalan, takut terlanggar tiang. haha!”
Definisi
Tawadhu’
Mungkin
ramai yang tidak pasti apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan Tawadhu’ termasuklah
penulis sendiri. Kerap juga kita salah tafsirkan sifat ini lalu
mempraktiskannya tanpa batasan tertentu sehingga kita membenarkan penganiayaan
atau penindasan berlaku.
Dalam
buku ‘Akhlaqul Mukmin’ karya Amru Khalid, penulis terkenal dari Indonesia, beliau
telah memberikan dua maksud kepada perkataan ‘Tawadhu’ iaitu menerima kebenaran
yang datangnya daripada siapa sahaja dan mampu menjalin interaksi dengan semua
manusia. Sememangnya manusia terlalu banyak dipengaruhi sentimen-sentimen
seperti senioriti, taraf ekonomi, pangkat, latar belakang pendidikan, bangsa
dan sebagainya. Lalu, ego membelenggu dan menghalang kita daripada menerima
pendapat daripada orang lain yang mungkin lebih muda, miskin, berpangkat rendah
dan lain-lain.
Yang
dikatakan tawadhu’ itu, lupakan segala sentimen dan terimalah kebenaran yang
diungkapkan sesiapa sahaja walaupun pahit. Selain itu, cuba untuk bermesra dan
berkasih sayang dengan semua manusia walaupun berbeza. Paling penting, tawadhu’
secara global kita definisikan sebagai merendah diri di hadapan Allah SWT.
Pesan
Imam Al-Ghazali
Imam Al
Ghazali pernah berpesan mengenai tawadhu’. Beliau mengatakan,
“Janganlah engkau melihat kepada seseorang kecuali engkau
menilai bahwa ia lebih baik darimu. Jika melihat anak kecil, engkau mengatakan, 'Ia
belum bermaksiat kepada Allah sedangkan aku telah melakukannya, maka ia lebih
baik dariku’. Jika melihat orang yang lebih tua, engkau mengatakan, ‘Orang ini
telah melakukan ibadah sebelum aku melakukannya, maka tidak diragukan bahwa ia
lebih baik dariku.’ Dan jika ia melihat orang alim (pandai), maka ia
berkata,’Ia telah diberi Allah ilmu lebih dibanding aku dan telah sampai pada
darjat yang aku belum sampai kepadanya.’ Kalau ia melihat orang bermaksiat, ia
berkata, “Ia melakukannya karena kebodohan, sedangkan aku melakukannya dan tahu
bahwa perbuatan itu dilarang. Maka, hujjah Allah kepadaku akan lebih kuat.”
(Maraqi Al Ubudiyah, hal. 79)
Tawadhu’
Rasulullah SAW
Pastinya
tauladan terbaik dalam soal tawadhu’ ini ialah Rasulullah SAW. Mari kita perhatikan
hadis-hadis berikut:
Dari Anas bin Malik Radhiallaahu anhu ia berkata, yang
artinya: “Suatu hari seorang wanita datang menemui Rasululloh Shalallaahu
alaihi wasalam ia mengadu kepada beliau sambil berkata: “Wahai Rasululloh, saya
membutuhkan sesuatu dari Anda.” Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam berkata
kepadanya: “Pilihlah di jalan mana yang kamu kehendaki di kota Madinah ini,
tunggulah aku di sana, niscaya aku akan menemuimu (melayani keperluan-mu).” (HR
Abu Daud)
Rasulullah SAW bersabda: yang bermaksud “Tiada berkurang harta
kerana sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan
melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu’ kepada Allah,
melainkan dimuliakan (mendapat ‘izzah) oleh Allah.” (HR Muslim)
Tawadhu’
adalah lawan dari takabbur. Semoga hadith Rasulullah SAW
tersebut menjadi pelajaran sekaligus peringatan bagi orang-orang yang
takabbur dari sifat sombong dan angkuh. Takabbur merupakan jalan menuju
Neraka, wal ‘iyaadzubillah, meskipun hanya sebesar biji zarah. Ketakabburan
yang paling tinggi adalah manakala seseorang sudah merasa lebih tinggi daripada
Allah SWT, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Fir’aun. Mudah-mudahan kita
semua dianugerahi sifat-sifat tawadhu’ dan dijauhkan dari sifat-sifat tercela.
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.” (Al-Furqan: 63)
0 ulasan :
Catat Ulasan